RSS

Kearifan Lokal (Ilmu Alamiah Dasar)



Nama: Tiara Rizki Larasati
Npm: 18513899
Kelas: 1PA02
            Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua  kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
            Ridwan (2007) mengemukakan bahwa kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian tersebut disusun secara etimologi, dimana wisdom/kearifan dipahami sebagai kemampuan seseorang dengan menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang terjadi.
            Ahimsa-Putra, menyatakan kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai perangkat pengetahuan dan praktek-praktek baik yang berasal dari generasi-generasi sebelumnya maupun dari pengalaman berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya milik suatu komunitas di suatu tempat, yang digunakan untuk menyelesaikan secara baik dan benar berbagai persoalan dan/atau kesulitan yang dihadapi (2008 : 12).
            Secara umum, kearifan lokal dianggap pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dengan pengertian-pengertian tersebut, kearifan lokal bukan sekedar nilai tradisi atau ciri lokalitas semata melainkan nilai tradisi yang mempunyai daya-guna untuk untuk mewujudkan harapan atau nilai-nilai kemapanan yang juga secara universal yang didamba-damba oleh manusia. (dalam situs Departemen Sosial RI)
            Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah:
1.      Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.
2.      Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3.      Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4.      Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan
Jim Ife (2002) menyatakan bahwa kearifan lokal terdiri dari lima dimensi yaitu :
1.     Pengetahuan Lokal.
Setiap masyarakat dimanapun berada baik di pedesaan maupun pedalaman selalu memiliki pengetahuan lokal yang terkait dengan lingkungan hidupnya. Pengetahuan lokal terkait dengan perubahan dan siklus iklim kemarau dan penghujan, jenis-jenis fauna dan flora, dan kondisi geografi, demografi, dan sosiografi. Hal ini terjadi karena masyarakat mendiami suatu daerah itu cukup lama dan telah mengalami perubahan sosial yang bervariasi menyebabkan mereka mampu beradaptasi dengan lingkungannnya. Kemampuan adaptasi ini menjadi bagian dari pengetahuan lokal mereka dalam menaklukkan alam.
2.     Nilai Lokal.
Untuk mengatur kehidupan bersama antara warga masyarakat, maka setiap masyarakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokal yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh anggotannya. Nilai-nilai ini biasanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannnya. Nilai-nilai ini memiliki dimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini dan masa datang, dan nilai ini akan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.
3.     Keterampilan Lokal.
Kemampuan bertahan hidup (survival) dari setiap masyarakat dapat dipenuhi apabila masyarakat itu memiliki keterampilan lokal. Keterampilan lokal dari yang paling sederhana seperti berburu, meramu, bercocok tanam sampai membuat industri rumah tangga. Keterampilan lokal ini biasanya hanya cukup dan mampu memenuhi kebutuhan keluargannya masing-masing atau disebut dengan ekonomi subsisten. Keterampilan lokal ini juga bersifat keterampilan hidup (life skill), sehingga keterampilan ini sangat tergantung kepada kondisi geografi tempat dimana masyarakat itu bertempat tinggal.
4.     Sumber daya Lokal.
Sumber daya lokal ini pada umumnya adalah sumber daya alam yaitu sumber daya yang tak terbarui dan yang dapat diperbarui. Masyarakat akan menggunakan sumber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidak akan mengekpoitasi secara besar-besar atau dikomersilkan. Sumber daya lokal ini sudah dibagi peruntukannnya seperti hutan, kebun, sumber air, lahan pertanian, dan permukiman, Kepemilikan sumber daya lokal ini biasanya bersifat kolektif atau communitarian.
5.     Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal.
Menurut ahli adat dan budaya sebenarnya setiap masyarakat itu memiliki pemerintahan lokal sendiri atau disebut pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatuan hukum yang memerintah warganya untuk bertindak sebagai warga masyarakat. Masing masing masyarakat mempunyai mekanisme pengambilan keputusan yang berbeda –beda. Ada masyarakat yang melakukan secara demokratis atau “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Ada juga masyarakat yang melakukan secara bertingkat atau berjenjang naik dan bertangga turun.

Contoh Kearifan Lokal yang Ada Di Indonesia
            Contoh kearifan lokal melalui pelaksanaan nilai-nilai tradisi tertentu dalam masyarakat diantaranya adalah Tradisi Kaharingan yang dianut oleh orang Dayak Ngaju. Dalam bahasa Dayak Ngaju Kaharingan berarti ” hidup” atau ”ada dengan sendirinya”. Kaharingan merupakan sebuah kepercayaan lokal masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang menyangkut pengobatan tradisional, ritual pernikahan hingga kematian, ritual bersih kampung, tolak bala semua mengacu pada tradisi Kaharingan3. Tradisi yang turun temurun ini masih sangat kuat berjalan di daerah Kalimantan Tengah. Berkunjung ke masyarakat Baduy di Jawa Barat juga dapat ditemukan kearifan-kearifan yang menjadi cara pandang mereka terhadap alam. Masyarakat Baduy sangat menjaga dan melestarikan alam. Mereka tidak mengeksploitasi alam, mereka menggunakan seperlunya yang ada di alam  karena mereka menganggap alam adalah hal yang harus dijaga dan dilestarikan. Salah satu contoh kecilnya adalah mereka tidak menggunakan bahan kimia pada saat bersih-bersih di sungai dan hanya menggunakan air jernih. Aliran sungai yang melintasi pemukiman Baduy sangat bersih dan tidak ada sampah yang dibuang oleh manusia. Selain itu, apabila membangun rumah, masyarakat Baduy menggunakan bahan-bahan yang ramah terhadap alam dan dapat diuraikan oleh tanah. Bahan tersebut diantaranya dinding bilik bambu, atap dari ijuk dan daun pohon kelapa dan rangka rumah dari kayu alam yaitu kayu jati, kayu pohon kelapa dan kayu albasiah. Pada saat malam hari masyarakat Baduy tidak menggunakan listrik dan alat teknologi yang lain sebagai penerangan. Untuk aktivitas bepergian masyarakat Baduy lebih memilih berjalan kaki sesuai yang diajarkan.
            Kearifan lokal sangat mendukung dan sangat berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial karena mengedepankan ketahanan yang diwujudkan melalui pandangan dan pola hidup masyarakat berupa aktivitas masyarakat lokal untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hidupnya misalnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk memelihara kelanjutan budayanya.
            Namun, di satu sisi sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal sudah banyak yang terkikis oleh arus globalisasi dan informasi. Kearifan lokal hanya menjadi simbol budaya semata tanpa implementasi makna. Ia juga tereduksi oleh nilai-nilai modern baik dalam arti positif maupun negatif sehingga terjadilah perubahan nilai sosial budaya dan perubahan orientasi nilai. Untuk itu tantangannya adalah merevitalisasi kearifan lokal dan ide-ide penyuluhan sosial mungkin dapat mewujudkan penyatuan kembali nilai-nilai kearifan lokal untuk dijadikan kekuatan dalam menyelenggarakan aktivitas kesejahteraan sosial.

Referensi:
http://www. kebudayaan indonesia.net

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Seru Sharing Ilmu. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy