Sejarah Kesehatan Mental
Kesehatan
mental atau mental hygiene adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan
mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan
gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental,
serta memajukan kesehatan jiwa rakyat (Kartini Kartono dan Jenny Andary . Yusak
,1999: 9-10).
Hygiene dari kata Hugiene yang artinya ilmu tentang
kesehatan,sedang mental dari kata latin mens,mentis yang artinya
jiwa,nyawa,sukma,roh,semangat. Mental Hygiene sering disebut pula sebagai psiko hygiene.
Psyche dari kata yunani psuche artinya nafas,asas
kehidupan,jiwa,roh,semangat.
Sejarah Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah
sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan
merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda
dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang
mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi. Khusus untuk
masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu
mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian
terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah
kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya
tetap sehat.
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering
mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, penyakit
pernapasan dan usus, serta penyempitan pembuluh darah. Tetapi manusia purba
benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Ia memandang dan merawatnya
sama seperti halnya dengan penyakit fisik lainya.
Tetapi sungguh
menggembirakan karena pasien sakit mental tetap diperlakukan secara manusiawi.
Dalam perkembangan selanjutnya pada waktu sejarah mulai tercatat walaupun ada
beberapa pengecualian peradaban-peradaban manusia di tandai dengan penganiayaan
terhadap para pasien sakit mental diperlakukan dengan kasar dan kejam serta
mereka dipandang sebagai penggangu masyarakat. Lagi pula dewasa ini orang
kadang-kadang memperlakukan para pasien sakit mental tanpa belas kasihan
dibandingkan dengan orang-orang zaman purba.
Ada spekulasi yang
dapat diterima bahwa beberapa gejala penyakit mental dewasa ini sangat mirip
dengan yang dijumpai pada zaman dahulu. Gejala-gejala penyakit mental zaman
dahulu dan sekarang mungkin berhubungan sama halnya kita sendiri juga
berhubungan dengan paraa nenek moyang kita. Penyebab-penyebab penyakit mental
zaman dahulu dapat juga dianggap berhubungan dengan penyakit mental zaman
kita.
Para pendahulu
psikiater dan psikolog kita muncul pada zaman purba. Penyakit mental tentu saja
merupakan bagian dari bidang praktek mereka. Sering kali dukun-dukun ini
merupakan para cendikiawan yang lebih baik dari kelompok. Lagi pula hubungan
natara agama dan penyakit mental lebih erat dibandingkan dengan hubungan antara
agama dan penyakit lain.
Zaman Peradaban Awal
Dalam semua peradaban
awal yang kita kenal di mesopotamia, mesir, yahudi, india, cina dan benua
amerika, imam-imam, tukang sihir merawat orang yang sakit mental. Diantara
semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno penyakit mental mulai menjadi hal
yang umum. Bersama dengan penderita-penderita lain, kekalutan-kekalutan mental
menjadi kawan separjalanan yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak
menuju kehidupan yang terorganisir. Ilmu kedokteran menjadi lebih terorganisasi
waktu peradaban-peradan menjadi lebih maju.
Di mesopotamia
Penyakit mental dihubungkan dengan setan-setan dan pengobatan atau perawatanya
dilakukan dengan upacara-upacara agama dan upacara-upacara magis supaya setan
keluar dari tubuh si pasien. Orang-orang mesir memiliki sekolah kedokteran di
kuil imhotep. Di kuil tersebut terdapat sebuah rumah sakit di sana dikembangkan
terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan serta di terapkan semacam
psikoterapi yang serupa dengan beberapa pendekatan yang sangat moder untuk
mengobati penyaklit mental.
Di mesir juga
dokter-dokter yang sekaligus imam, kepercayaan akan setan dan suatu pendekatan
untuk merawat penyakit mental yang serupa dengan yang terdapat di mesir dan
mesopotamia juga merupakan ciri khas dari ilmu kedokteran yahudi, tetapi
kepercayaan akan satu alLah sebagai sumber segala kehidupan termsuk kesehatan
dan penyakit mental merupakan perbedaan pokok dengan ilmu kedokteran dari
peradaban awal lainya.
Di persia setan-setan
dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit.
Mental yang baik atau kekuatan psikis/jiwa selalu mencari kesucian, kebajikan
dan kebaikan hati. Metode-metode pengobatan cina dn hindu mirip dengan yang
terdapat di persia. Ada kepercayaan-kepercayaan yang serupa dengan
kekuatan-kekuatan yang berperang antara yang baik dengan yangburuk. Dalam
pandangan orang cina gangguan mental dilihat sebagai penyakit dan dianggap sebagai
gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara yin dan yang.
Karena gangguan mental
dianggap sebaai tidak adanya keseimbangan fisik maka orang yang mengalami
gangguan mental tidak dianggap sebagai yang memalukan. Demikian juga orang
hindu memiliki kekuatan baik yngh disebut VISHNU dan berperang melawan
kekuatan jahat yang disebut SHIVA. Di afrika masyarakat berpendapat
bahwa gangguan fisik dan mental di sebabkan oleh musuh-muh, roh jhat atau dalam
beberapa kasus oleh nenek moyang yang marah. Beberapamasyarakat tradisional
afrika berpendapat bahwa penyakt disebabkan oleh penyebab-penyebab natural
(fisik).
Phytagoras (orang yang
pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental), Hypocrates
(Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit
mental), Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik
dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di
beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai
menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Abad XVII – XX
Peralihan dari pendekatan demologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit
mental tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Di prancis misalnya hukuman mati
bagi tukang sihir tidak dicabut sampai tahun 1862. Kecendrungan umum pertama
terhadap perawatan khusus bagi para pasien sakit mental mungkin sekali muncul
setelah pembaruan-pembaruan social, politik dan ilmu pengetahuan yang menjadi
cirri dari pertengahan abad ke 18.
Pada awal abad ke 18 perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan system suatu hal
yang mungkin sama dengan analisis system. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu
kedokteran fisik dengan identifikasi, penyelidikan dan usaha untuki secara
rasional mengobati banyak penyakit yang sampai saat itu dilihat sebagai sesuatu
yang misterius dan magis.
Phillipe pinel memulai karyanya pada pengobatan psikiatri pada permulaan nabad
ke 19 segera setelah revolusi. Ia tetap sebagai dokter yang bertanggung jawab
terhadap la bicetre rumah sakit mental di paris. Ia memelopori perlakuan dan
pemahaman manusiawi terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan
mental.willian tuke mendirikan York Retreat pada waktu pinel
mengorganisasikan rumah sakit mental di prancis. Usaha kelompok kecil dari tuke
itu lambat laun mendapat dukungan dari John Conolly, Samuel Hitch dan
psikolog-psikolog medin lain yang hebat dari inggris.
Pada wahun 1841 vHitsch mulai nmenggunakan perawatan wanita yang terlatih di
bangsa-bangsa rumah sakit jiwa Gloucester dab nebempatkan pengawasan-pengawasan
untuk memimpin staf perawatan. Anton muller yang bekerja disebuah rumah sakit
mental menyarankan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila dan
menentang kekangan yang sangat tajam terhadap para pasien sakit mental.
Di amerika latin urmah sakit yang paling awal mulai muncukl pada pada tahun
1820an. Pada ytahun 1847 para pengunjuung ke meksiko dan perlu melaporkan bahwa
orang gila di pakai sebagai hoburan untuk masyarakat umum yang membayar untuk
pertunjukan itu. Keberhasilan dari eksperimen pinel dan tuke dalam metode yang
lebih berperikemanusiaan menimbulkan revolusi para perawatan para pasien sakit
mental di seluruh dunia beradab. Kemudian pada pertengahan abad ke 19 di mana
tukang sihir di bakar di amerika seperti di eropa munculah revolusi pertama
untuk menangani secara manusiawi dan memperbaiki lembaga-lembaga penyakit
mental yang dimulai oleh seorang guru wanita dari Massachusetts, Dorothea Lynde
Dix.
Tetapi gerakan ilmu kesehatan mental tersebut tidak lama kemudian di prakarsai
oleh Clifford Wittingham Beers. Selama 3 tahun ia di rawat sakit negeri dan
swasta di Connecticut Beers mengalamin perlakuan yang tidak manusiawi dari
pegawai-pegawai rumah serta tetap memakai baju tidur dan terikat selama
beberapa jam.
Pada tahun 1919 di bentuk international Committee for Nental Hygiene dengan
markasr besarnya di amerika serikat. Pada tahun 1930 ketika kongres
international I din adakan di Washington DC., ada 53 bnegara terbagi di dalam
kongres tersebut. Pengakuan terhadap cita-cita preventif yang di sponsori oleh
nasional comunitee for Mental Hygiene datang pada tanggal 3 juli 1946 ketika
kongres amerika serikat mengesahkan undang-undang kesehatan mental nasional.
Pengesahan Undang undang oleh kongres amerika serikat ini jelas merupakan
pengakuan teradap usaha-usaha Clifford Beers. Sebagai punbcak dari gerakan
besar yanbg dimulai di New Haven, Connecticut ini, maka dibentuk federasi dunia
kesehatan mental pada tahun 1948.
Seorang dokter
Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial
yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala
Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat
ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun
atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar
rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi
menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Konsep Sehat
Sehat tidak dapat
diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat
harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spektrum
merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan
dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi
puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya
keadaan bebas daripenyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut
sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala
jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas
sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya
mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam
Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik
(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut
diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian
kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan
sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari
aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia
kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia
lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara
sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang
baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para
pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan
saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut
saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok
ataumasyarakat.
Itulah
sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek.
Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara
lain sebagai berikut:
1.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
•
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
•
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
•
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini,
yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan
ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3.
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain
atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling
toleran dan menghargai.
4.
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum
dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya
batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna
bagikehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan
kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia
lanjut.
Perbedaan Konsep
Kesmen Barat dan Timur
Budaya Barat dan Timur ternyata
memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit. Perbedaan ini
kemudian memengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya,
pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan
teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal,
pertemuan antara kedua budaya ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang
ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan
sistem pengobatan antara kedua kebudayaan. (Siswanto. 2007. Kesehatan
Mental. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 13-14)
Dalam
kesehatan mental, faktor kebudayaan juga memegang peran penting. Apakah
seseorang itu dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya
(Marsella dan White, 1984). Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental
dikemukakan oleh (Wallace, 1963) meliputi :
•Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap
penderita gangguan mental.
•Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor
kultural, dan
•Upaya peningkatan dan pencegahan gannguan mental
dalam telaah budaya.
Selain itu budaya juga mempengaruhi
tindakan penanganan yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan
kata lain Konsep kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami
dari hal-hal yang dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu,
sehingga harus dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya tertentu.
Ada perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Ada perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Model Kesehatan Barat dan Timur
1. Model Kesehatan Barat
a. Model Biomedis (Fruend, 1991): Dipengaruhi oleh filosofi Yunani
(Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan
perkembangan biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata
dihubungkan dgn tubuh saja.
b. Model Psikiatris (Helman,
1990): Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab
gangg mental. (1.) Model organik: menekankan
pada perubahan fisik dan biokimia di otak. (2.) Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman. (3.) Model behavioral: psikosis terjadi karena
kemungkinan2 lingkungan. (4.) Model sosial: menekankan
gangg dalam konteks performansnya.
c. Model Psikosomatis (Tamm,
1993): Muncul karena ketidakpuasan dengan model
biomedis.Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh
anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak
disertai oleh simtom somatik. Penyakit berkembang melalui saling terkait secara
b’kesinambungan antara faktor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama
lain melalui jaringan yang kompleks.
2. Model Kesehatan Timur
Bersifat lebih holistik
(Joesoef, 1990).
a. Holistik sempit : Organisme manusia dilihat sbg suatu sistem
kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.
b. Holistik luas: Sistem tersebut merupakan suatu bagian
integral dari sistem2 yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi
terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh
oleh lingkungan tapi jg bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan
Referensi:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan
mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan model-model kepribadian sehat.
Yogyakarta: Kanisius
Siswanto. 2007. Kesehatan mental “Konsep, cakupan dan perkembangan”. Yogyakarta:
Andi
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt